Telaah kritis pengalaman kuliah tujuh tahun..:)
Kata orang, manusia itu punya dua
sisi yang berbeda namun saling berikatan satu sama lain. Tak terpisah, seperti
sepasang gambar dalam sebuah uang logam. Yang pertama, katanya manusia adalah
sebagai individu yang memiliki identitas pribadi dan jati diri sehingga dia dapat dibedakan dengan
orang lain. Sementara yang kedua adalah manusia sebagai mahluk sosial yang
tidak bisa berdiri sendiri sehingga butuh melakukan interaksi dengan sesamanya.
Pada poin kedua inilah yang menyebabkan manusia secara bertahap sesuai dengan
hukum perkembangan umat manusia terus menerus melakukan interaksi dan hubungan
sosial dalam berbagai bentuk mulai dari bentuk sederhana seperti keluarga
hingga yang maha kompleks seperti Negara. Dan pada tulisan ini saya mau sedikit
nyoret-nyoret sederhana entang organisasi berdasar pengalaman praktek pribadi
yang disertai dengan penyelaman dan pendalaman hingga melahirkan sebuah
simpulan sederhana. Namun, yang namanya penyelaman dan pendalaman pribadi tentu
masih bersifat subjektif, karena hanya satu pribadi yang menilai. Satu pribadi
yang tentu masih layak diperdebatkan kapabilitas dan ketotalannya dalam praktek
sosial pembangunan organisasi. Jadi, jika pada coretan ini banyak persoalan dan
kejanggalan, tabe’ silahkan dikritik
dan diberi masukan..:)
***
Namaku Su, baru saja ku lalui
ujian siding sarjana di fakultasku Fakultas Ilmu Pasti Universitas Ayam Jantan.
Tujuh tahun berkuliah ternyata puyeng dan melelahkan juga (bayangkan, dalam waktu itu sesseorang bisa sekali tamat SMP dan sekali
tamat SMA plus kuliah dua semester, hahaha..). Namun, banyak hal yang telah
diperoleh dalam waktu kuliah yang seumuran dengan siswa SD kelas satu itu.
Salah satu yang terasa berguna adalah pengalaman dalam pengelolaan organisasi.
Dilingkungan kampus, yang notabenenya
merupakan sebuah ruang ilmiah tempat bergemul
manusia-manusia intelektual dengan sejuta warna tentu tahu dan paham apa
itu organisasi. Organisasi adalah sebuah temuan sejarah yang cukup fundamental
yang bukan hanya mampu menjadi wadah tempat berkumpul dan saling mengenal
antara individu, tapi dalam roda sejarah kita tentu dapat melihat bahwa
organisasi dalam beberapa keadaan memiliki power untuk menggerakkan roda-roda
sejarah. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa referensi sejarah. Salah satu
diantaranya yang cukup populer adalah karya mbah Pram yang tergabung dalam
tetralogi pulau buru. Dalam tertralogi tersebut (utamanya anak semua bangsa dan jejak langkah) dijelaskan bagaimana
arti penting organisasi pribumi dalam daya upaya pengusiran penjajah. Di jejak
langkah misal, bagaimana seruan si Dokter tua kepada mahasiswa STOVIA soal arti
penting organisasi. Atau penjelasan Ang San Mei kepada suaminya Minke dan
desakannya kepada Minke untuk segera membangun organisasi pribumi yang mampu
menjadi sumber kekuatan bagi kemajuan bangsa Hindia. Atu bagaimana sebuah
organisasi pribumi yang jika telah dilegalkan akan senilai harganya dengan
seorang totok eropa didepan hokum kompeni. Dari sini, kita bisa lihat bahwa
merupakan sebuah kewajaran (mungkin lebih
enak disebut kemutlakan) jika dikampus-kampus kemudian tumbuh berbagai
ragam organisasi, mulai dari organisasi intern hingga ornganisasi massa
mahasiswa. Namun, masih banyak diantara para mahasiswa yang salah kaprah
menilai sebuah organisasi. Dibanggakannya setinggi langit organisasinya
seolah-olah dengan dibanggakan organisasi itu akan berkembang maju walau dia
hanya duduk ongkang-ongkang kaki sambil minum kopi di sekret/kantornya. Masih
banyak yang menilai nama besar organisasi akan memberikan efek bagi kemajuan
organisasi tersebut walau anggotanya hanya duduk sambil membanting
domino/gapleh disekretnya. Kawan-kawan, menurut saya, organisasi itu hanya
sebuah benda mati. Tidak lebih dan tidak kurang. Mana ada sebuah benda mati
yang mampu menggerakkan dirinya sendiri?? Kan Newton sudah bilang, jika sebuah
benda mati dalam keadaan diam, selama tidak ada gaya yang menggerakkannya maka
dia akan tetap diam selamanya. Lantas, apa faktor penentu majunya sebuah
organisasi? Yah jelas saja yang menentukan maju atau tidaknya sebuah organisasi
adalah anggota didalamnya sebagai unsur hidup dalam organisasi. Bagaimana
memanfaatkan setiap potensi individu dan mengembangkannya sesuai dengan
identitas keorganisasian (yang terbentuk
dari proses perkembangan organisasi tersebut) dari organisasi tersebut.
Kenapa hal tersebut perlu? Karena setiap individu memiliki potensi dan skill
yang berbeda. Tentu organisasi sebagai sebuah wadah bagi anggota-anggotanya
harus mampu mewadahi itu. Dan mengapa identitas keorganisasian itu penting?
Karena setiap organisasi memiliki kultur yang terbentu oleh dialektika yang
berlangsung didalam organisasi tersebut. Identitas ini yang kemudian menjadi
unsur pemersatu bagi setiap anggota yang kemudian mampu mencirikan mereka
sebagai kader/anggota organisasi.
Selanjutnya, bagaimana sebuah
organisasi mampu menjadi berkembang dan bergerak maju? Dari berbagai
pendiskusian dan pengalaman praktek pribadi (lagi-lagi saya tekaankan, hehehe) ada 3 hal penting yang akan mampu
membuat sebuah organisasi bergerak maju, diantaranya:
1.
Pemberian Tanggung Jawab kepada Anggota
Pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah
manifestasi dari penghargaan kedudukan setiap anggota dalam sebuah organisasi. Bahwa
setiap individu dalam sebuah organisasi itu memiliki harga atau memiliki
kedudukan. Iklim berupa pemberian tanggungjawab ini harusnya dibuat sedemikian
rupa sehingga setiap individu mengerti bahwa ada atau tidak ada dirinya akan member
dampak bagi keberlangsungan organisasi. Mengapa perlu demikian?? Karena dengan hal itu maka kecintaan anggota
terhadap organisasi akan tertanam dan terpupuk dengan baik. Sehingga kecintaan
tersebut akan tumbuh menjadi pohon besar yang membuat setiap anggota akan
berusaha dengan keras untuk menjaga dan melindungi organisasi mereka.
Selain dari itu, hal yang sangat penting dari
pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah unsur pendidikan terhadap anggota
dan pembelajaran. Bagaimana hubungannya? Dalam beberapa organisasi (utamanya organisasi kader) setiap proses
yang dilakukan memiliki nilai-nilai pendidikan/pembelajaran. Jadi setiap
praktek pembangunan organisasi yang setiap waktunya dilakukan dibuat sedemikian
rupa sehingga anggota mampu menjadi semakin cerdas dan semakin berkapabilitas. Jadi,
semakin banyak keterlibatan anggota dalam setiap agenda organisasi semakin
banyak pembelajaran yang anggota dapatkan.
2.
Pemberian Deadline Kerja
Mengapa deadline itu perlu? Karena dengan adanya
deadline maka setiap pekerjaan akan terorganisir dengan baik. Bagaimana jadinya
sebuah organisasi yang tidak terorganisir dengan baik? Semua anggota bebas
melakukan semua semaunya dan seenaknya. Organisasi seperti itu tidak ubahnya
paguyuban tempat orang berbuat semaunya dan seenaknya. Tidak ada batasan. Keberadaan
deadline ditujukan untuk mengarahkan semua pekerjaan organisasi agar
terstruktur terorganisir sehingga targetan dan capaian dapat dipenuhi
sebagaimana mestinya. Selain itu dengan adanya deadline kerja juga akan
mengefektifkan dan mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan
keorganisasian/kelembagaan. Keberadaan deadline juga akan memacu setiap anggota
untuk terus berpraktek dan berproses dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sehingga
tidak ada lagi waktu terbuang percuma untuk kegiatan-kegiatan yang tidak
berfaedah.
3.
Evaluasi Itu Penting
Kedudukan penting evaluasi disini adalah untuk menilai
setiap pekerjaan yang telah dilakukan. Mulai dari penentuan PJ dan sejauh mana
targetan yang telah dibuat telah terpenuhi. Dari evaluasi dapat diukur ketercapaian
dari target. Apakah target telah terpenuhi atau belum. Lantas apa-apa saja faktor
penghambat dari pelaksanaan pekerjaan organisasi. Dimana letak kesalahan
praktek yang telah dilakukan. Lalu sisi pembelajaran apa saja yang dapat
dipetik dari pekerjaan tersebut. Sehingga, setelah keluar dari forum evaluasi
setiap anggota telah menemukan dan menyimpulkan sebuah teori baru yang mereka
dapatkan dari praktek pembangunan organisasi selama ini. Jadi, kedudukan
evaluasi disini bukan sebagai ajang pembantaian
atau ajang pengeksekusian bagi anggota
melainkan ajang menilai diri dan perbaikan diri anggota dan pemajuan organisasi.
Karena setiap anggota dalam sebuah organisasi adalah sebuah kesatuan yang utuh
dan tidak terpisah satu sama lain. Dan yang harus digarisbawahi (kalau perlu di Bold juga yahh, hahaha)
dalam evaluasi yang dinilai adalah kinerja. Bukan individu. Jadi dalam
mengevaluasi yang mesti dipokokkan adalah asas keilmiahan dan keobjektifan.
***
Mungkin itu ji telaah
kritis dari pembelajaran yang telah saya dapatkan selama tujuh tahu dikampus
dalam hal kelembagaan. Hal ini saya bagi sebab saya bersepakaat bahwa ilmu itu tidak
boleh dijadikan sebuah kepemilikan pribadi sehingga malah membatasi akses bagi
yang lain untuk menerimanya. Sebab, ilmu adalah karunia Tuhan yang Dia berikan
kepada hamba-Nya melalui fenomena-fenomena dan kejadian-kejadian. Lantas, jika
ada manusia yang kemudian mengklaim ilmu sebagai hak pribadinya, bukankah dia
telah menjadi insane yang angkuh dan takabur??
Namaku Su, seorang baru saja bergelar pengangguraan
terpelajar..hehehe
17 september 2015
0 comments:
Post a Comment