Wednesday, September 16, 2015

Nyoret-Nyoret Organisasi

Telaah kritis pengalaman kuliah tujuh tahun..:)
Kata orang, manusia itu punya dua sisi yang berbeda namun saling berikatan satu sama lain. Tak terpisah, seperti sepasang gambar dalam sebuah uang logam. Yang pertama, katanya manusia adalah sebagai individu yang memiliki identitas pribadi dan  jati diri sehingga dia dapat dibedakan dengan orang lain. Sementara yang kedua adalah manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri sehingga butuh melakukan interaksi dengan sesamanya. Pada poin kedua inilah yang menyebabkan manusia secara bertahap sesuai dengan hukum perkembangan umat manusia terus menerus melakukan interaksi dan hubungan sosial dalam berbagai bentuk mulai dari bentuk sederhana seperti keluarga hingga yang maha kompleks seperti Negara. Dan pada tulisan ini saya mau sedikit nyoret-nyoret sederhana entang organisasi berdasar pengalaman praktek pribadi yang disertai dengan penyelaman dan pendalaman hingga melahirkan sebuah simpulan sederhana. Namun, yang namanya penyelaman dan pendalaman pribadi tentu masih bersifat subjektif, karena hanya satu pribadi yang menilai. Satu pribadi yang tentu masih layak diperdebatkan kapabilitas dan ketotalannya dalam praktek sosial pembangunan organisasi. Jadi, jika pada coretan ini banyak persoalan dan kejanggalan, tabe’ silahkan dikritik dan diberi masukan..:)
***

Namaku Su, baru saja ku lalui ujian siding sarjana di fakultasku Fakultas Ilmu Pasti Universitas Ayam Jantan. Tujuh tahun berkuliah ternyata puyeng dan melelahkan juga (bayangkan, dalam waktu itu sesseorang bisa sekali tamat SMP dan sekali tamat SMA plus kuliah dua semester, hahaha..). Namun, banyak hal yang telah diperoleh dalam waktu kuliah yang seumuran dengan siswa SD kelas satu itu. Salah satu yang terasa berguna adalah pengalaman dalam pengelolaan organisasi.
Dilingkungan kampus, yang notabenenya merupakan sebuah ruang ilmiah tempat bergemul  manusia-manusia intelektual dengan sejuta warna tentu tahu dan paham apa itu organisasi. Organisasi adalah sebuah temuan sejarah yang cukup fundamental yang bukan hanya mampu menjadi wadah tempat berkumpul dan saling mengenal antara individu, tapi dalam roda sejarah kita tentu dapat melihat bahwa organisasi dalam beberapa keadaan memiliki power untuk menggerakkan roda-roda sejarah. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa referensi sejarah. Salah satu diantaranya yang cukup populer adalah karya mbah Pram yang tergabung dalam tetralogi pulau buru. Dalam tertralogi tersebut (utamanya anak semua bangsa dan jejak langkah) dijelaskan bagaimana arti penting organisasi pribumi dalam daya upaya pengusiran penjajah. Di jejak langkah misal, bagaimana seruan si Dokter tua kepada mahasiswa STOVIA soal arti penting organisasi. Atau penjelasan Ang San Mei kepada suaminya Minke dan desakannya kepada Minke untuk segera membangun organisasi pribumi yang mampu menjadi sumber kekuatan bagi kemajuan bangsa Hindia. Atu bagaimana sebuah organisasi pribumi yang jika telah dilegalkan akan senilai harganya dengan seorang totok eropa didepan hokum kompeni. Dari sini, kita bisa lihat bahwa merupakan sebuah kewajaran (mungkin lebih enak disebut kemutlakan) jika dikampus-kampus kemudian tumbuh berbagai ragam organisasi, mulai dari organisasi intern hingga ornganisasi massa mahasiswa. Namun, masih banyak diantara para mahasiswa yang salah kaprah menilai sebuah organisasi. Dibanggakannya setinggi langit organisasinya seolah-olah dengan dibanggakan organisasi itu akan berkembang maju walau dia hanya duduk ongkang-ongkang kaki sambil minum kopi di sekret/kantornya. Masih banyak yang menilai nama besar organisasi akan memberikan efek bagi kemajuan organisasi tersebut walau anggotanya hanya duduk sambil membanting domino/gapleh disekretnya. Kawan-kawan, menurut saya, organisasi itu hanya sebuah benda mati. Tidak lebih dan tidak kurang. Mana ada sebuah benda mati yang mampu menggerakkan dirinya sendiri?? Kan Newton sudah bilang, jika sebuah benda mati dalam keadaan diam, selama tidak ada gaya yang menggerakkannya maka dia akan tetap diam selamanya. Lantas, apa faktor penentu majunya sebuah organisasi? Yah jelas saja yang menentukan maju atau tidaknya sebuah organisasi adalah anggota didalamnya sebagai unsur hidup dalam organisasi. Bagaimana memanfaatkan setiap potensi individu dan mengembangkannya sesuai dengan identitas keorganisasian (yang terbentuk dari proses perkembangan organisasi tersebut) dari organisasi tersebut. Kenapa hal tersebut perlu? Karena setiap individu memiliki potensi dan skill yang berbeda. Tentu organisasi sebagai sebuah wadah bagi anggota-anggotanya harus mampu mewadahi itu. Dan mengapa identitas keorganisasian itu penting? Karena setiap organisasi memiliki kultur yang terbentu oleh dialektika yang berlangsung didalam organisasi tersebut. Identitas ini yang kemudian menjadi unsur pemersatu bagi setiap anggota yang kemudian mampu mencirikan mereka sebagai kader/anggota organisasi.
Selanjutnya, bagaimana sebuah organisasi mampu menjadi berkembang dan bergerak maju? Dari berbagai pendiskusian dan pengalaman praktek pribadi (lagi-lagi saya tekaankan, hehehe) ada 3 hal penting yang akan mampu membuat sebuah organisasi bergerak maju, diantaranya:
1.       Pemberian Tanggung Jawab kepada Anggota
Pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah manifestasi dari penghargaan kedudukan setiap anggota dalam sebuah organisasi. Bahwa setiap individu dalam sebuah organisasi itu memiliki harga atau memiliki kedudukan. Iklim berupa pemberian tanggungjawab ini harusnya dibuat sedemikian rupa sehingga setiap individu mengerti bahwa ada atau tidak ada dirinya akan member dampak bagi keberlangsungan organisasi. Mengapa perlu demikian??  Karena dengan hal itu maka kecintaan anggota terhadap organisasi akan tertanam dan terpupuk dengan baik. Sehingga kecintaan tersebut akan tumbuh menjadi pohon besar yang membuat setiap anggota akan berusaha dengan keras untuk menjaga dan melindungi organisasi mereka.
Selain dari itu, hal yang sangat penting dari pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah unsur pendidikan terhadap anggota dan pembelajaran. Bagaimana hubungannya? Dalam beberapa organisasi (utamanya organisasi kader) setiap proses yang dilakukan memiliki nilai-nilai pendidikan/pembelajaran. Jadi setiap praktek pembangunan organisasi yang setiap waktunya dilakukan dibuat sedemikian rupa sehingga anggota mampu menjadi semakin cerdas dan semakin berkapabilitas. Jadi, semakin banyak keterlibatan anggota dalam setiap agenda organisasi semakin banyak pembelajaran yang anggota dapatkan.
2.       Pemberian Deadline Kerja
Mengapa deadline itu perlu? Karena dengan adanya deadline maka setiap pekerjaan akan terorganisir dengan baik. Bagaimana jadinya sebuah organisasi yang tidak terorganisir dengan baik? Semua anggota bebas melakukan semua semaunya dan seenaknya. Organisasi seperti itu tidak ubahnya paguyuban tempat orang berbuat semaunya dan seenaknya. Tidak ada batasan. Keberadaan deadline ditujukan untuk mengarahkan semua pekerjaan organisasi agar terstruktur terorganisir sehingga targetan dan capaian dapat dipenuhi sebagaimana mestinya. Selain itu dengan adanya deadline kerja juga akan mengefektifkan dan mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan keorganisasian/kelembagaan. Keberadaan deadline juga akan memacu setiap anggota untuk terus berpraktek dan berproses dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sehingga tidak ada lagi waktu terbuang percuma untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berfaedah.
3.       Evaluasi Itu Penting
Kedudukan penting evaluasi disini adalah untuk menilai setiap pekerjaan yang telah dilakukan. Mulai dari penentuan PJ dan sejauh mana targetan yang telah dibuat telah terpenuhi. Dari evaluasi dapat diukur ketercapaian dari target. Apakah target telah terpenuhi atau belum. Lantas apa-apa saja faktor penghambat dari pelaksanaan pekerjaan organisasi. Dimana letak kesalahan praktek yang telah dilakukan. Lalu sisi pembelajaran apa saja yang dapat dipetik dari pekerjaan tersebut. Sehingga, setelah keluar dari forum evaluasi setiap anggota telah menemukan dan menyimpulkan sebuah teori baru yang mereka dapatkan dari praktek pembangunan organisasi selama ini. Jadi, kedudukan evaluasi disini bukan sebagai ajang pembantaian atau ajang pengeksekusian bagi anggota melainkan ajang menilai diri dan perbaikan diri anggota dan pemajuan organisasi. Karena setiap anggota dalam sebuah organisasi adalah sebuah kesatuan yang utuh dan tidak terpisah satu sama lain. Dan yang harus digarisbawahi (kalau perlu di Bold juga yahh, hahaha) dalam evaluasi yang dinilai adalah kinerja. Bukan individu. Jadi dalam mengevaluasi yang mesti dipokokkan adalah asas keilmiahan dan keobjektifan.
***
Mungkin itu ji telaah kritis dari pembelajaran yang telah saya dapatkan selama tujuh tahu dikampus dalam hal kelembagaan. Hal ini saya bagi sebab saya bersepakaat bahwa ilmu itu tidak boleh dijadikan sebuah kepemilikan pribadi sehingga malah membatasi akses bagi yang lain untuk menerimanya. Sebab, ilmu adalah karunia Tuhan yang Dia berikan kepada hamba-Nya melalui fenomena-fenomena dan kejadian-kejadian. Lantas, jika ada manusia yang kemudian mengklaim ilmu sebagai hak pribadinya, bukankah dia telah menjadi insane yang angkuh dan takabur??

Namaku Su, seorang baru saja bergelar pengangguraan terpelajar..hehehe

17 september 2015

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Wednesday, September 16, 2015

Nyoret-Nyoret Organisasi

Telaah kritis pengalaman kuliah tujuh tahun..:)
Kata orang, manusia itu punya dua sisi yang berbeda namun saling berikatan satu sama lain. Tak terpisah, seperti sepasang gambar dalam sebuah uang logam. Yang pertama, katanya manusia adalah sebagai individu yang memiliki identitas pribadi dan  jati diri sehingga dia dapat dibedakan dengan orang lain. Sementara yang kedua adalah manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri sehingga butuh melakukan interaksi dengan sesamanya. Pada poin kedua inilah yang menyebabkan manusia secara bertahap sesuai dengan hukum perkembangan umat manusia terus menerus melakukan interaksi dan hubungan sosial dalam berbagai bentuk mulai dari bentuk sederhana seperti keluarga hingga yang maha kompleks seperti Negara. Dan pada tulisan ini saya mau sedikit nyoret-nyoret sederhana entang organisasi berdasar pengalaman praktek pribadi yang disertai dengan penyelaman dan pendalaman hingga melahirkan sebuah simpulan sederhana. Namun, yang namanya penyelaman dan pendalaman pribadi tentu masih bersifat subjektif, karena hanya satu pribadi yang menilai. Satu pribadi yang tentu masih layak diperdebatkan kapabilitas dan ketotalannya dalam praktek sosial pembangunan organisasi. Jadi, jika pada coretan ini banyak persoalan dan kejanggalan, tabe’ silahkan dikritik dan diberi masukan..:)
***

Namaku Su, baru saja ku lalui ujian siding sarjana di fakultasku Fakultas Ilmu Pasti Universitas Ayam Jantan. Tujuh tahun berkuliah ternyata puyeng dan melelahkan juga (bayangkan, dalam waktu itu sesseorang bisa sekali tamat SMP dan sekali tamat SMA plus kuliah dua semester, hahaha..). Namun, banyak hal yang telah diperoleh dalam waktu kuliah yang seumuran dengan siswa SD kelas satu itu. Salah satu yang terasa berguna adalah pengalaman dalam pengelolaan organisasi.
Dilingkungan kampus, yang notabenenya merupakan sebuah ruang ilmiah tempat bergemul  manusia-manusia intelektual dengan sejuta warna tentu tahu dan paham apa itu organisasi. Organisasi adalah sebuah temuan sejarah yang cukup fundamental yang bukan hanya mampu menjadi wadah tempat berkumpul dan saling mengenal antara individu, tapi dalam roda sejarah kita tentu dapat melihat bahwa organisasi dalam beberapa keadaan memiliki power untuk menggerakkan roda-roda sejarah. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa referensi sejarah. Salah satu diantaranya yang cukup populer adalah karya mbah Pram yang tergabung dalam tetralogi pulau buru. Dalam tertralogi tersebut (utamanya anak semua bangsa dan jejak langkah) dijelaskan bagaimana arti penting organisasi pribumi dalam daya upaya pengusiran penjajah. Di jejak langkah misal, bagaimana seruan si Dokter tua kepada mahasiswa STOVIA soal arti penting organisasi. Atau penjelasan Ang San Mei kepada suaminya Minke dan desakannya kepada Minke untuk segera membangun organisasi pribumi yang mampu menjadi sumber kekuatan bagi kemajuan bangsa Hindia. Atu bagaimana sebuah organisasi pribumi yang jika telah dilegalkan akan senilai harganya dengan seorang totok eropa didepan hokum kompeni. Dari sini, kita bisa lihat bahwa merupakan sebuah kewajaran (mungkin lebih enak disebut kemutlakan) jika dikampus-kampus kemudian tumbuh berbagai ragam organisasi, mulai dari organisasi intern hingga ornganisasi massa mahasiswa. Namun, masih banyak diantara para mahasiswa yang salah kaprah menilai sebuah organisasi. Dibanggakannya setinggi langit organisasinya seolah-olah dengan dibanggakan organisasi itu akan berkembang maju walau dia hanya duduk ongkang-ongkang kaki sambil minum kopi di sekret/kantornya. Masih banyak yang menilai nama besar organisasi akan memberikan efek bagi kemajuan organisasi tersebut walau anggotanya hanya duduk sambil membanting domino/gapleh disekretnya. Kawan-kawan, menurut saya, organisasi itu hanya sebuah benda mati. Tidak lebih dan tidak kurang. Mana ada sebuah benda mati yang mampu menggerakkan dirinya sendiri?? Kan Newton sudah bilang, jika sebuah benda mati dalam keadaan diam, selama tidak ada gaya yang menggerakkannya maka dia akan tetap diam selamanya. Lantas, apa faktor penentu majunya sebuah organisasi? Yah jelas saja yang menentukan maju atau tidaknya sebuah organisasi adalah anggota didalamnya sebagai unsur hidup dalam organisasi. Bagaimana memanfaatkan setiap potensi individu dan mengembangkannya sesuai dengan identitas keorganisasian (yang terbentuk dari proses perkembangan organisasi tersebut) dari organisasi tersebut. Kenapa hal tersebut perlu? Karena setiap individu memiliki potensi dan skill yang berbeda. Tentu organisasi sebagai sebuah wadah bagi anggota-anggotanya harus mampu mewadahi itu. Dan mengapa identitas keorganisasian itu penting? Karena setiap organisasi memiliki kultur yang terbentu oleh dialektika yang berlangsung didalam organisasi tersebut. Identitas ini yang kemudian menjadi unsur pemersatu bagi setiap anggota yang kemudian mampu mencirikan mereka sebagai kader/anggota organisasi.
Selanjutnya, bagaimana sebuah organisasi mampu menjadi berkembang dan bergerak maju? Dari berbagai pendiskusian dan pengalaman praktek pribadi (lagi-lagi saya tekaankan, hehehe) ada 3 hal penting yang akan mampu membuat sebuah organisasi bergerak maju, diantaranya:
1.       Pemberian Tanggung Jawab kepada Anggota
Pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah manifestasi dari penghargaan kedudukan setiap anggota dalam sebuah organisasi. Bahwa setiap individu dalam sebuah organisasi itu memiliki harga atau memiliki kedudukan. Iklim berupa pemberian tanggungjawab ini harusnya dibuat sedemikian rupa sehingga setiap individu mengerti bahwa ada atau tidak ada dirinya akan member dampak bagi keberlangsungan organisasi. Mengapa perlu demikian??  Karena dengan hal itu maka kecintaan anggota terhadap organisasi akan tertanam dan terpupuk dengan baik. Sehingga kecintaan tersebut akan tumbuh menjadi pohon besar yang membuat setiap anggota akan berusaha dengan keras untuk menjaga dan melindungi organisasi mereka.
Selain dari itu, hal yang sangat penting dari pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah unsur pendidikan terhadap anggota dan pembelajaran. Bagaimana hubungannya? Dalam beberapa organisasi (utamanya organisasi kader) setiap proses yang dilakukan memiliki nilai-nilai pendidikan/pembelajaran. Jadi setiap praktek pembangunan organisasi yang setiap waktunya dilakukan dibuat sedemikian rupa sehingga anggota mampu menjadi semakin cerdas dan semakin berkapabilitas. Jadi, semakin banyak keterlibatan anggota dalam setiap agenda organisasi semakin banyak pembelajaran yang anggota dapatkan.
2.       Pemberian Deadline Kerja
Mengapa deadline itu perlu? Karena dengan adanya deadline maka setiap pekerjaan akan terorganisir dengan baik. Bagaimana jadinya sebuah organisasi yang tidak terorganisir dengan baik? Semua anggota bebas melakukan semua semaunya dan seenaknya. Organisasi seperti itu tidak ubahnya paguyuban tempat orang berbuat semaunya dan seenaknya. Tidak ada batasan. Keberadaan deadline ditujukan untuk mengarahkan semua pekerjaan organisasi agar terstruktur terorganisir sehingga targetan dan capaian dapat dipenuhi sebagaimana mestinya. Selain itu dengan adanya deadline kerja juga akan mengefektifkan dan mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan keorganisasian/kelembagaan. Keberadaan deadline juga akan memacu setiap anggota untuk terus berpraktek dan berproses dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sehingga tidak ada lagi waktu terbuang percuma untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berfaedah.
3.       Evaluasi Itu Penting
Kedudukan penting evaluasi disini adalah untuk menilai setiap pekerjaan yang telah dilakukan. Mulai dari penentuan PJ dan sejauh mana targetan yang telah dibuat telah terpenuhi. Dari evaluasi dapat diukur ketercapaian dari target. Apakah target telah terpenuhi atau belum. Lantas apa-apa saja faktor penghambat dari pelaksanaan pekerjaan organisasi. Dimana letak kesalahan praktek yang telah dilakukan. Lalu sisi pembelajaran apa saja yang dapat dipetik dari pekerjaan tersebut. Sehingga, setelah keluar dari forum evaluasi setiap anggota telah menemukan dan menyimpulkan sebuah teori baru yang mereka dapatkan dari praktek pembangunan organisasi selama ini. Jadi, kedudukan evaluasi disini bukan sebagai ajang pembantaian atau ajang pengeksekusian bagi anggota melainkan ajang menilai diri dan perbaikan diri anggota dan pemajuan organisasi. Karena setiap anggota dalam sebuah organisasi adalah sebuah kesatuan yang utuh dan tidak terpisah satu sama lain. Dan yang harus digarisbawahi (kalau perlu di Bold juga yahh, hahaha) dalam evaluasi yang dinilai adalah kinerja. Bukan individu. Jadi dalam mengevaluasi yang mesti dipokokkan adalah asas keilmiahan dan keobjektifan.
***
Mungkin itu ji telaah kritis dari pembelajaran yang telah saya dapatkan selama tujuh tahu dikampus dalam hal kelembagaan. Hal ini saya bagi sebab saya bersepakaat bahwa ilmu itu tidak boleh dijadikan sebuah kepemilikan pribadi sehingga malah membatasi akses bagi yang lain untuk menerimanya. Sebab, ilmu adalah karunia Tuhan yang Dia berikan kepada hamba-Nya melalui fenomena-fenomena dan kejadian-kejadian. Lantas, jika ada manusia yang kemudian mengklaim ilmu sebagai hak pribadinya, bukankah dia telah menjadi insane yang angkuh dan takabur??

Namaku Su, seorang baru saja bergelar pengangguraan terpelajar..hehehe

17 september 2015

No comments:

Post a Comment

Wednesday, September 16, 2015

Nyoret-Nyoret Organisasi

Telaah kritis pengalaman kuliah tujuh tahun..:)
Kata orang, manusia itu punya dua sisi yang berbeda namun saling berikatan satu sama lain. Tak terpisah, seperti sepasang gambar dalam sebuah uang logam. Yang pertama, katanya manusia adalah sebagai individu yang memiliki identitas pribadi dan  jati diri sehingga dia dapat dibedakan dengan orang lain. Sementara yang kedua adalah manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri sehingga butuh melakukan interaksi dengan sesamanya. Pada poin kedua inilah yang menyebabkan manusia secara bertahap sesuai dengan hukum perkembangan umat manusia terus menerus melakukan interaksi dan hubungan sosial dalam berbagai bentuk mulai dari bentuk sederhana seperti keluarga hingga yang maha kompleks seperti Negara. Dan pada tulisan ini saya mau sedikit nyoret-nyoret sederhana entang organisasi berdasar pengalaman praktek pribadi yang disertai dengan penyelaman dan pendalaman hingga melahirkan sebuah simpulan sederhana. Namun, yang namanya penyelaman dan pendalaman pribadi tentu masih bersifat subjektif, karena hanya satu pribadi yang menilai. Satu pribadi yang tentu masih layak diperdebatkan kapabilitas dan ketotalannya dalam praktek sosial pembangunan organisasi. Jadi, jika pada coretan ini banyak persoalan dan kejanggalan, tabe’ silahkan dikritik dan diberi masukan..:)
***

Namaku Su, baru saja ku lalui ujian siding sarjana di fakultasku Fakultas Ilmu Pasti Universitas Ayam Jantan. Tujuh tahun berkuliah ternyata puyeng dan melelahkan juga (bayangkan, dalam waktu itu sesseorang bisa sekali tamat SMP dan sekali tamat SMA plus kuliah dua semester, hahaha..). Namun, banyak hal yang telah diperoleh dalam waktu kuliah yang seumuran dengan siswa SD kelas satu itu. Salah satu yang terasa berguna adalah pengalaman dalam pengelolaan organisasi.
Dilingkungan kampus, yang notabenenya merupakan sebuah ruang ilmiah tempat bergemul  manusia-manusia intelektual dengan sejuta warna tentu tahu dan paham apa itu organisasi. Organisasi adalah sebuah temuan sejarah yang cukup fundamental yang bukan hanya mampu menjadi wadah tempat berkumpul dan saling mengenal antara individu, tapi dalam roda sejarah kita tentu dapat melihat bahwa organisasi dalam beberapa keadaan memiliki power untuk menggerakkan roda-roda sejarah. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa referensi sejarah. Salah satu diantaranya yang cukup populer adalah karya mbah Pram yang tergabung dalam tetralogi pulau buru. Dalam tertralogi tersebut (utamanya anak semua bangsa dan jejak langkah) dijelaskan bagaimana arti penting organisasi pribumi dalam daya upaya pengusiran penjajah. Di jejak langkah misal, bagaimana seruan si Dokter tua kepada mahasiswa STOVIA soal arti penting organisasi. Atau penjelasan Ang San Mei kepada suaminya Minke dan desakannya kepada Minke untuk segera membangun organisasi pribumi yang mampu menjadi sumber kekuatan bagi kemajuan bangsa Hindia. Atu bagaimana sebuah organisasi pribumi yang jika telah dilegalkan akan senilai harganya dengan seorang totok eropa didepan hokum kompeni. Dari sini, kita bisa lihat bahwa merupakan sebuah kewajaran (mungkin lebih enak disebut kemutlakan) jika dikampus-kampus kemudian tumbuh berbagai ragam organisasi, mulai dari organisasi intern hingga ornganisasi massa mahasiswa. Namun, masih banyak diantara para mahasiswa yang salah kaprah menilai sebuah organisasi. Dibanggakannya setinggi langit organisasinya seolah-olah dengan dibanggakan organisasi itu akan berkembang maju walau dia hanya duduk ongkang-ongkang kaki sambil minum kopi di sekret/kantornya. Masih banyak yang menilai nama besar organisasi akan memberikan efek bagi kemajuan organisasi tersebut walau anggotanya hanya duduk sambil membanting domino/gapleh disekretnya. Kawan-kawan, menurut saya, organisasi itu hanya sebuah benda mati. Tidak lebih dan tidak kurang. Mana ada sebuah benda mati yang mampu menggerakkan dirinya sendiri?? Kan Newton sudah bilang, jika sebuah benda mati dalam keadaan diam, selama tidak ada gaya yang menggerakkannya maka dia akan tetap diam selamanya. Lantas, apa faktor penentu majunya sebuah organisasi? Yah jelas saja yang menentukan maju atau tidaknya sebuah organisasi adalah anggota didalamnya sebagai unsur hidup dalam organisasi. Bagaimana memanfaatkan setiap potensi individu dan mengembangkannya sesuai dengan identitas keorganisasian (yang terbentuk dari proses perkembangan organisasi tersebut) dari organisasi tersebut. Kenapa hal tersebut perlu? Karena setiap individu memiliki potensi dan skill yang berbeda. Tentu organisasi sebagai sebuah wadah bagi anggota-anggotanya harus mampu mewadahi itu. Dan mengapa identitas keorganisasian itu penting? Karena setiap organisasi memiliki kultur yang terbentu oleh dialektika yang berlangsung didalam organisasi tersebut. Identitas ini yang kemudian menjadi unsur pemersatu bagi setiap anggota yang kemudian mampu mencirikan mereka sebagai kader/anggota organisasi.
Selanjutnya, bagaimana sebuah organisasi mampu menjadi berkembang dan bergerak maju? Dari berbagai pendiskusian dan pengalaman praktek pribadi (lagi-lagi saya tekaankan, hehehe) ada 3 hal penting yang akan mampu membuat sebuah organisasi bergerak maju, diantaranya:
1.       Pemberian Tanggung Jawab kepada Anggota
Pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah manifestasi dari penghargaan kedudukan setiap anggota dalam sebuah organisasi. Bahwa setiap individu dalam sebuah organisasi itu memiliki harga atau memiliki kedudukan. Iklim berupa pemberian tanggungjawab ini harusnya dibuat sedemikian rupa sehingga setiap individu mengerti bahwa ada atau tidak ada dirinya akan member dampak bagi keberlangsungan organisasi. Mengapa perlu demikian??  Karena dengan hal itu maka kecintaan anggota terhadap organisasi akan tertanam dan terpupuk dengan baik. Sehingga kecintaan tersebut akan tumbuh menjadi pohon besar yang membuat setiap anggota akan berusaha dengan keras untuk menjaga dan melindungi organisasi mereka.
Selain dari itu, hal yang sangat penting dari pemberian tanggungjawab kepada anggota adalah unsur pendidikan terhadap anggota dan pembelajaran. Bagaimana hubungannya? Dalam beberapa organisasi (utamanya organisasi kader) setiap proses yang dilakukan memiliki nilai-nilai pendidikan/pembelajaran. Jadi setiap praktek pembangunan organisasi yang setiap waktunya dilakukan dibuat sedemikian rupa sehingga anggota mampu menjadi semakin cerdas dan semakin berkapabilitas. Jadi, semakin banyak keterlibatan anggota dalam setiap agenda organisasi semakin banyak pembelajaran yang anggota dapatkan.
2.       Pemberian Deadline Kerja
Mengapa deadline itu perlu? Karena dengan adanya deadline maka setiap pekerjaan akan terorganisir dengan baik. Bagaimana jadinya sebuah organisasi yang tidak terorganisir dengan baik? Semua anggota bebas melakukan semua semaunya dan seenaknya. Organisasi seperti itu tidak ubahnya paguyuban tempat orang berbuat semaunya dan seenaknya. Tidak ada batasan. Keberadaan deadline ditujukan untuk mengarahkan semua pekerjaan organisasi agar terstruktur terorganisir sehingga targetan dan capaian dapat dipenuhi sebagaimana mestinya. Selain itu dengan adanya deadline kerja juga akan mengefektifkan dan mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan keorganisasian/kelembagaan. Keberadaan deadline juga akan memacu setiap anggota untuk terus berpraktek dan berproses dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sehingga tidak ada lagi waktu terbuang percuma untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berfaedah.
3.       Evaluasi Itu Penting
Kedudukan penting evaluasi disini adalah untuk menilai setiap pekerjaan yang telah dilakukan. Mulai dari penentuan PJ dan sejauh mana targetan yang telah dibuat telah terpenuhi. Dari evaluasi dapat diukur ketercapaian dari target. Apakah target telah terpenuhi atau belum. Lantas apa-apa saja faktor penghambat dari pelaksanaan pekerjaan organisasi. Dimana letak kesalahan praktek yang telah dilakukan. Lalu sisi pembelajaran apa saja yang dapat dipetik dari pekerjaan tersebut. Sehingga, setelah keluar dari forum evaluasi setiap anggota telah menemukan dan menyimpulkan sebuah teori baru yang mereka dapatkan dari praktek pembangunan organisasi selama ini. Jadi, kedudukan evaluasi disini bukan sebagai ajang pembantaian atau ajang pengeksekusian bagi anggota melainkan ajang menilai diri dan perbaikan diri anggota dan pemajuan organisasi. Karena setiap anggota dalam sebuah organisasi adalah sebuah kesatuan yang utuh dan tidak terpisah satu sama lain. Dan yang harus digarisbawahi (kalau perlu di Bold juga yahh, hahaha) dalam evaluasi yang dinilai adalah kinerja. Bukan individu. Jadi dalam mengevaluasi yang mesti dipokokkan adalah asas keilmiahan dan keobjektifan.
***
Mungkin itu ji telaah kritis dari pembelajaran yang telah saya dapatkan selama tujuh tahu dikampus dalam hal kelembagaan. Hal ini saya bagi sebab saya bersepakaat bahwa ilmu itu tidak boleh dijadikan sebuah kepemilikan pribadi sehingga malah membatasi akses bagi yang lain untuk menerimanya. Sebab, ilmu adalah karunia Tuhan yang Dia berikan kepada hamba-Nya melalui fenomena-fenomena dan kejadian-kejadian. Lantas, jika ada manusia yang kemudian mengklaim ilmu sebagai hak pribadinya, bukankah dia telah menjadi insane yang angkuh dan takabur??

Namaku Su, seorang baru saja bergelar pengangguraan terpelajar..hehehe

17 september 2015

No comments:

Post a Comment