pesan si Mbah

MENULIS adalah bekerja untuk KEABADIAN...

MERDEKA ATAU BUDAK?

suatu sore diawal pekan aku berdiri ditengah taman dan tak tahu hendak kemana. dalam kebingungan lantas aku bertanyaa kepada mereka yang duduk berkumpul. 'disini daerah apa yah..??', tanyaku. 'memangnya anda hendak kemana?? kalau ingin merdeka, silahkan turun ditangga itu disana ada sebuah koridor mungil tempat orang-orang merdeka bebas berkreasi. kalau hendak menjadi budak, digedung bagian sana ada sebuah tangga berpagar jeruji, naiklah kesana dan biarkan dirimu terpenjara oleh dogma-dogma dan sejuta ketakutan disana..'.

MEMBACA

kata orang, membaca itu membuka jendela dunia. jadi, mereka yg membaca telah membuka pikiran mereka dari kungkungan pikiran dan paham lama dengan mempelajari teori-teori baru, apalagi kalau dia mampu membandingkannya dengan praktek dilapangan. maka, jika membaca itu bisa 'membuka jendela dunia', bisa kita katakan jika mereka yang memfasilitasi orang-orang membaca telah 'membukakan jendela dunia' bagi yang lainnya. .

Tanah MELIMPAH, PETANI MELUMPUH

sawah luas tapi petani tak bertanah. sebab tanah bukan milik petani tapi milik tuan tanah yang punya sawah tapi tak bertani, hanya menunggu hasil jerih payah sang buruh tani. dikau bertanya kenapa??? sebab tirani telah tumbuh subur diatas tanah kita, negeri milik para petani..!!

Organisasi Itu Harus MENCERDASKAN

organisasi yang mendidik adalah organisasi yang memberi manfaat bagi anggota, memberi pengetahuan bagi anggota, mencerdaskan, dan mampu menjadi alat pembebasan bagi anggota.

Tuesday, August 12, 2014

Suatu Waktu Menjelang Maghrib di Sebuah Kompleks Kecil Ibukota


#Hitam Putih yang ABU-ABU
Alkisah, ada sebuah kompleks kecil di ibukota. Kompleks itu lumayan padat oleh penduduk yang berasal dari latar belakang berupa warna. Ada pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta, dll. Umumnya perumahan di ibukota, jangan pernah berharap untuk melihat suasana kekeluargaan di kompleks tersebut, yang ada adalah kondisi dimana masing-masing orang sibuk dengan keadaan mereka sendiri. Di kompleks kecil itu terdapat sebuah Mushollah kecil. Mushollah itu di jaga oleh seorang Kakek yang telah cukup tua. Dialah yang bertugas untuk menyapu, mengepel, menata, dan seluruh pekerjaan tata ruang mushallah.  Si kakek sendiri tinggal di sebuah rumah kecil tepat di depan Mushallah itu dan untuk menyambung hidup dia membuka sebuah warung kelontongan untuk kebutuhan sehari-hari warga kompleks. Kondisi masyarakat kompleks yang individualistis pun berpengaruh pada kondisi mushollah. Hal ini bisa dilihat dari sangat minimnya jumlah Jemaah yang mengikuti shalat berjemaah di mushollah tersebut. Bahkan, sangat sering keadaan dimana shalat di mushollah tersebut hanya memiliki satu orang Jemaah yang tidak lain dari si kakek. Jadi, si kakek yang adzan, si kakek yang iqhamat, si kakek yang jadi imam sekaligus makmum. Padahal, si kakek sangat sering mengajak warga kompleks untuk beramai-ramai ke mushollah. Namun, itu hanya dibalas dengan senyum picik dari warga kompleks. Dan hal tersebut tidak membuat si kakek jenuh untuk terus mengajak dan menyeru kepada seluruh warga kompleks untuk meramaikan mushollah.
***
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Tuesday, August 12, 2014

Suatu Waktu Menjelang Maghrib di Sebuah Kompleks Kecil Ibukota


#Hitam Putih yang ABU-ABU
Alkisah, ada sebuah kompleks kecil di ibukota. Kompleks itu lumayan padat oleh penduduk yang berasal dari latar belakang berupa warna. Ada pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta, dll. Umumnya perumahan di ibukota, jangan pernah berharap untuk melihat suasana kekeluargaan di kompleks tersebut, yang ada adalah kondisi dimana masing-masing orang sibuk dengan keadaan mereka sendiri. Di kompleks kecil itu terdapat sebuah Mushollah kecil. Mushollah itu di jaga oleh seorang Kakek yang telah cukup tua. Dialah yang bertugas untuk menyapu, mengepel, menata, dan seluruh pekerjaan tata ruang mushallah.  Si kakek sendiri tinggal di sebuah rumah kecil tepat di depan Mushallah itu dan untuk menyambung hidup dia membuka sebuah warung kelontongan untuk kebutuhan sehari-hari warga kompleks. Kondisi masyarakat kompleks yang individualistis pun berpengaruh pada kondisi mushollah. Hal ini bisa dilihat dari sangat minimnya jumlah Jemaah yang mengikuti shalat berjemaah di mushollah tersebut. Bahkan, sangat sering keadaan dimana shalat di mushollah tersebut hanya memiliki satu orang Jemaah yang tidak lain dari si kakek. Jadi, si kakek yang adzan, si kakek yang iqhamat, si kakek yang jadi imam sekaligus makmum. Padahal, si kakek sangat sering mengajak warga kompleks untuk beramai-ramai ke mushollah. Namun, itu hanya dibalas dengan senyum picik dari warga kompleks. Dan hal tersebut tidak membuat si kakek jenuh untuk terus mengajak dan menyeru kepada seluruh warga kompleks untuk meramaikan mushollah.
***

Tuesday, August 12, 2014

Suatu Waktu Menjelang Maghrib di Sebuah Kompleks Kecil Ibukota


#Hitam Putih yang ABU-ABU
Alkisah, ada sebuah kompleks kecil di ibukota. Kompleks itu lumayan padat oleh penduduk yang berasal dari latar belakang berupa warna. Ada pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta, dll. Umumnya perumahan di ibukota, jangan pernah berharap untuk melihat suasana kekeluargaan di kompleks tersebut, yang ada adalah kondisi dimana masing-masing orang sibuk dengan keadaan mereka sendiri. Di kompleks kecil itu terdapat sebuah Mushollah kecil. Mushollah itu di jaga oleh seorang Kakek yang telah cukup tua. Dialah yang bertugas untuk menyapu, mengepel, menata, dan seluruh pekerjaan tata ruang mushallah.  Si kakek sendiri tinggal di sebuah rumah kecil tepat di depan Mushallah itu dan untuk menyambung hidup dia membuka sebuah warung kelontongan untuk kebutuhan sehari-hari warga kompleks. Kondisi masyarakat kompleks yang individualistis pun berpengaruh pada kondisi mushollah. Hal ini bisa dilihat dari sangat minimnya jumlah Jemaah yang mengikuti shalat berjemaah di mushollah tersebut. Bahkan, sangat sering keadaan dimana shalat di mushollah tersebut hanya memiliki satu orang Jemaah yang tidak lain dari si kakek. Jadi, si kakek yang adzan, si kakek yang iqhamat, si kakek yang jadi imam sekaligus makmum. Padahal, si kakek sangat sering mengajak warga kompleks untuk beramai-ramai ke mushollah. Namun, itu hanya dibalas dengan senyum picik dari warga kompleks. Dan hal tersebut tidak membuat si kakek jenuh untuk terus mengajak dan menyeru kepada seluruh warga kompleks untuk meramaikan mushollah.
***